Sabtu, 27 Mei 2017

PUASA MALAH KONSUMTIF ?



Setiap bulan puasa - bahkan sebelumnya – harga-harga kebutuhan sembako cenderung naik, seperti juga bulan puasa 1438 H ini. Kenaikan harga banyak penyebabnya, antara lain tingginya permintaan atau kebutuhan konsumen, dan ulah spekulan yang memanfaatkan momen bulan puasa. Mereka – para spekulan itu – tahu bahwa setiap bulan puasa masyarakat Islam menjadi konsumtif. Karena itu mereka sudah pasang kuda-kuda sebelumnya, dengan cara mengurangi pasokan ke pasaran, atau menimbunnya.

Masalahnya sekarang mengapa masyarakat Islam menjadi konsumtif ? Padahal bulan puasa justeru mengajarkan orang untuk menahan diri. Menahan segala keinginan termasuk lapar dan haus. Jadi seharusnya mereka berhemat, karena sebagian besar waktu digunakan untuk berpuasa.

Di kalangan ibu-ibu ada semacam persepsi yang banyak diiyakan, bahwa pada bulan puasa pengeluaran belanja dapur naik dua kali lipat. Alasannya : mau berbuka harus didahului dengan yang manis-manis. Dan untuk makan sahur harus dihidangkan yang enak-enak, supaya selera makan timbul. Aneh juga …sebab kenyataannya tidak harus seperti itu.

Yang disayangkan, tak jarang ibu-ibu berkeluh kesah, seolah-olah ibadah puasa itu memberatkan. Ini keliru, sebab agama tidak memerintahkan seperti itu. Dari sisi makan-minum, puasa hanya memindahkan jam makan dari siang menjadi malam. Seharusnya lebih hemat, sebab secara alami - bagi manusia - malam waktunya tidur, bukan untuk makan-minum.
Mungkin yang harus direnungkan, sejauh mana makna puasa di bulan Suci ini telah diresapi. Sekali lagi esensi puasa itu menahan diri, dan mengendalikan nafsu sesuai tuntunan-Nya. Tentu saja dengan keikhlasan, kesabaran dan penuh ketaqwaan. Insyaallah masyarakat Islam tidak akan konsumtif, sebab pola konsumtif itu sebenarnya indikasi dari keinginan atau nafsu yang belum terkendalikan…*


Tidak ada komentar:

Posting Komentar